Archive | 6:58 pm

[FF] Mr and Mrs Cho (Chapter 4)

16 May

Judul FF : Mr and Mrs Cho (Chapter 4)

Nama Author : Similikiti_balabala

Main Cast :
Cho Kyu Hyun as Mr CHO / Kyuhyun (Spy Agent at Seoul National Anti-Terrorism)
Seo Joo Hyun as Mrs CHO / Seohyun (Spy Agent at Seoul National Anti-Terrorism)
Other Cast :
Choi Siwon as Siwon (Director of Seoul National Anti-Terrorism)
Tiffany as Tiffany (Spy Agent at Seoul National Anti-Terrorism)
Lee Dong Hae as Mr Lee / Donghae (Spy Agent at Seoul National Anti-Terrorism)
Im Yoona as Mrs Lee / Yoona (Scientist Staff at Seoul National Anti-Terrorism)
Leeteuk as Mr Park / Leeteuk (Rector of Seoul University)
Taeyeon as Mrs Park / Taeyeon (Lecturer at Seoul University)
Victoria as Vic (Spy Agent at Seoul National Anti-Terrorism)
Nickhun as Nick (Spy Agent at Seoul National Anti-Terrorism)
Heechul as Heechul (Spy Agent at Seoul National Anti-Terrorism)

Genre : Romance, Sad, Action, Thriller (maybe)

 

PERHATIAAN!!

Di chapter ini full adegan action (+ thriller juga tp dikit sih). Dan sangat dikit adegan romance, terutama seokyu moment. Jadi kalo ga suka sama adegan2 yg berhubungan dengan pertarungan, harap jangan dibaca.  Drpd tar protes -___-

Terus juga di chapter ini mungkin yg ga biasa baca fiksi action agak sulit membayangkan. Tapi semoga aja apa yg diceritakan author di ff ini sampe yaa maksudnya begitu …

Oke deh … selamat membaca readers semua !! =D

 

Author’s pov

At Conference Hall, Seoul

Seluruh satuan keamanan nasional Korea Selatan berjajar rapi di posisinya masing-masing. Lengkap dengan seragam dinas dan persenjataan canggih, mereka berdiri dengan penuh waspada untuk memastikan keadaan gedung konferensi yang terletak di salah satu pusat kota Seoul tersebut tetap aman. Malam ini, Presiden Korea Selatan, Park Sung Ji, akan mengadakan konferensi pers nasional mengenai teror yang menjumpai dirinya dan keluarganya. Tentu saja banyak tamu penting yang hadir dalam konferensi itu, bahkan beberapa menteri serta pejabat penting perwakilan negara lain juga ikut menghadiri acara tersebut. Tak heran jika SNAT, sebagai salah satu lembaga resmi yang menangani aksi teror negara terutama yang sedang terjadi pada presiden, mengirim beberapa personil agen spy mereka dalam konferensi. Bahkan untuk konferensi kali ini, Direktur Siwon ikut turun langsung bersama dengan Mr Cho, Donghae, Nickhun, dan Heechul. Direktur Siwon yakin jika semua personil agen spy yang dibawanya kali ini cukup untuk mengatasi jika terjadi hal-hal darurat yang tidak diinginkan.

Mr Cho dan Donghae berjalan mengitari setiap sisi aula konferensi. Kedua mata mereka begitu lihai mengamati setiap keadaan sekitar yang terjadi. Mereka memeriksa satu per satu benda yang mereka curigai sebagai sebuah bom yang aktif. Kemudian mereka juga memperhatikan setiap CCTV yang terpasang pada ruangan. Setelah semua dipastikan aman, Mr Cho dan Donghae bersandar santai pada salah satu dinding ruangan.

“SNAT-Eagle-01, posisi aman di dalam aula konferensi …” lapor Donghae melalui earphone yang terhubung langsung pada Direktur Siwon.

“Bagus! Aku akan tetap berjaga di luar gedung …” balas Direktur Siwon singkat.

Donghae menghela napas lega. Ia cukup tenang karena sampai sejauh ini, tidak ada hal-hal yang perlu dikhawatirkan. Namun tidak bagi Mr Cho. Namja itu seperti mempunyai firasat lain yang membuat pikirannya sangat tak tenang. Ia kembali berjalan ke salah satu sudut ruangan. Didapatinya seorang namja aneh yang mengenakan seragam wartawan tengah berdiri mematung tanpa menggunakan kamera yang justru digenggamnya. Mr Cho tampak heran. Bagaimana mungkin kamera itu justru tidak dipergunakan oleh sang namja sementara ratusan wartawan lain tengah sibuk memainkan kamera mereka masing-masing untuk memperoleh gambar sang presiden yang sesaat lagi akan membuka konferensi pers. Mr Cho mencoba berjalan. Berusaha mendekat ke arah sang namja.

Tak lama i-phonenya bergetar. Ia menemukan nama sang istri tertera di layar i-phonenya. Tanpa pikir panjang, Mr Cho segera mengangkat sambungan telepon dari Mrs Cho melalui earphone yang telah terpasang ke tinganya.

“Ne, jagi …” ucap Mr Cho sambil tetap fokus mengamati gerak-gerik sang namja.

“Kau melihatnya, Oppa? Aku curiga padanya …” balas Mrs Cho dari balik telepon.

“Tentu saja! Kau bisa mengambil gambarnya? Coba deteksi siapa namja itu. Apa benar identitasnya adalah seorang wartawan …” perintah Mr Cho.

“Tentu, Oppa! Tolong kau lebih mendekat lagi …” jawab Mrs Cho dengan nada santai.

Kelihaian mereka berdua sebagai sepasang agen spy memang tidak perlu dipertanyakan lagi. Walaupun Mrs Cho tidak terjun lagi bersama sang suami di lapangan, namun ia tetap dapat membantu terutama dalam mencuri dan mengendalikan sistem jaringan operasi komputer milik orang lain. Bahkan ia jauh lebih mahir melakukan aksi hacker daripada Mr Cho. Oleh karena itu, sangatlah tepat jika Direktur Siwon sekarang menempatkannya di dalam divisi pengawas dan jaringan komputer.

“Hmm … namja yang sangat pintar, Oppa! Dia memalsukan identitas salah satu wartawan di perusahaan Gwangmyuk Corporation. Padahal wartawan tersebut sedang bertugas ke negara lain …” lapor Mrs Cho.

“Begitu ya … Baiklah, aku akan bermain-main dengannya,” ucap Mr Cho sambil tersenyum penuh arti.

“Oppa …”

“Ne …”

“Berhati-hatilah pada konferensi malam ini …”

“Apa maksudmu, jagi?”

“Entahlah, perasaanku sangat tidak enak malam ini. Tapi aku yakin kau dan yang lainnya pasti bisa mengatasi semua itu …”

Mrs Cho memutus sambungan teleponnya. Hal tersebut mengundang berbagai pertanyaan di benak Mr Cho. Ia terus berpikir mengenai ucapan Mrs Cho. Namun, sejenak ia melupakannya, dan fokus pada namja yang sekarang berada di hadapannya.

“Sepertinya kau tidak terlihat sibuk?? Apa kameramu rusak?” sapa Mr Cho pada namja aneh di depannya. Namja itu tampak gugup, ia berusaha mengutak-atik kamera yang berada di genggaman tangannya.

“Bisa kulihat? Siapa tahu aku bisa membantumu?” tanya Mr Cho kembali sambil tetap menatap namja aneh itu, memperhatikan setiap detail perlengkapan yang dibawanya.

“Ah, sepertinya kameraku memang rusak. Apa kau benar-benar bisa membantuku?” tanya sang namja dengan nada bicara yang mulai tenang. Ia seperti berusaha menutupi kecurigaan Mr Cho terhadapnya.

“Berikan padaku!” sahut Mr Cho berpura-pura ramah. Namja itu pun segera memberikan kameranya pada Mr Cho. Tanpa pikir panjang, Mr Cho segera mengambil kamera itu dan mengarahkannya tepat ke wajah sang namja.

KLIK !!

“Ini sama sekali tidak rusak! Lihat, wajah tampanmu tetap bisa kupotret …” ujar Mr Cho ketika mendapati dirinya yang berhasil memotret iseng wajah sang namja. Mendengar pernyataan Mr Cho, namja itu kembali gugup.

“Ah, tidak mungkin! Tadi aku tidak bisa menggunakannya …”

“Kapan kau menggunakannya?? Sejak kau masuk ke dalam ruangan ini, aku sama sekali tidak melihatmu menggunakan kamera ini. Kau hanya berdiri mematung dan diam di sini.”

“Ah?? Kau memata-mataiku ya? Siapa kau?”

“Haha … Aku sudah berada di ruangan ini satu jam yang lalu. Sementara itu, kau baru saja datang sepuluh menit yang lalu. Aku melihatmu masuk melalui pintu 3 dan sejak pertama kau masuk hingga sekarang, kau belum juga berpindah tempat.”

“Ah? Aku … Aku …”

“Kenapa kau mencuri identitas orang? Apa kau tidak tahu itu perbuatan kriminal?”

“Jangan main-main denganku! Atau aku ….”

Belum sempat namja itu menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba seluruh lampu di dalam ruangan konferensi mati total. Terdengar beberapa pekikan dan jeritan dari banyak orang. Termasuk para petugas keamanan yang berusaha menenangkan keadaan.

“Amankan presiden! Amankan presiden!” teriak salah seorang petugas keamanan yang menggema hingga ke langit-langit aula konferensi.

Mr Cho segera merapatkan tubuhnya ke dinding. Ini satu-satunya cara agar ia dapat tetap berjalan dan mencari jalan untuk keluar dari aula konferensi. Sudah dapat dipastikan oleh Mr Cho, pelaku pemadam lampu pasti berada di ruang utama sistem pengendali penerangan. Karena bukan lampu yang berada di aula tempat konferensi saja yang mati, tapi juga seluruh gedung konferensi hingga ke halaman parkir yang dilihat oleh Mr Cho melalui celah jendela dari dalam aula.

Beberapa menit kemudian, Mr Cho berhasil merapatkan tubuhnya pada sebuah pintu. Namun, ia terkejut ketika pintu tersebut ternyata terkunci rapat. Berulang kali Mr Cho berusaha mendobrak pintu, tetap saja tidak bisa. Apalagi sistem pengunci pintu di aula konferensi ini terbilang susah untuk dihancurkan.

“Mianhae, Tuan. Kami terpaksa mengunci semua pintu keluar. Ini berdasarkan perintah dari atasan petugas keamanan nasional,” seru salah seorang petugas keamanan. Mr Cho memang tidak dapat melihat wajah orang tersebut, namun suaranya tertangkap jelas di telinganya.

“Bagaimana mungkin semua pintu dikunci? Salah satu dari kita harus memastikan penyebab padamnya lampu ini!” balas Mr Cho dengan nada yang tinggi.

“Personil kami sudah ada yang memeriksa. Kau tenang saja, Tuan! Tujuan kami mengunci agar kami dapat memeriksa semua identitas orang-orang yang berada di dalam ruangan ini setelah lampu menyala. Kami ingin memastikan tidak ada satu pun penyelundup yang masuk dalam konferensi ini mengingat teror yang mengancam keselamatan presiden,” jelas petugas keamanan itu kembali.

Mr Cho tidak dapat berbuat apa-apa. Tentu saja wewenang para petugas keamanan tersebut lebih berkuasa terhadap sistem pengamanan di dalam ruangan ini. Dan memang benar jika tindakannya mengunci setiap pintu agar dapat dipastikan jika penyelundup itu masuk ke dalam aula ini, maka penyelundup itu pun tak dapat berbuat apa-apa. Apalagi keberadaan sang presiden juga telah aman bersama para personil keamanan yang menjaga ketat dirinya.

Mr Cho menghela napas panjang. Ia berusaha menenangkan dirinya. Ia kembali teringat pada namja yang semula masih berbicara pada dirinya. Mr Cho menduga namja tersebut sudah pasti ada hubungannya dengan keadaan ini. Namun, ia tidak mungkin melakukan aksinya sekarang. Bagaimana mungkin bisa, bahkan ia tak mengenal orang-orang yang berada di samping kanan dan kirinya siapa. Termasuk Donghae yang sekarang justru terpisah jauh darinya. Semua itu karena keadaan benar-benar gelap. Walaupun ia bisa mengandalkan lampu yang memancar pada layar i-phonenya, tetap saja itu sangat sulit.

Mr Cho memejamkan mata. Detik jam seolah terasa sangat lama bagi dirinya dan lampu pun tak kunjung menyala. Tiba-tiba dirasakan i-phonenya bergetar. Ia dapat menebak sang istri pasti yang menghubunginya. Dan benar saja, nama Mrs Cho tercantum pada layar i-phone.

“Oppa, gawat! Aku menemukan bom waktu di dalam aula!” ujar Mrs Cho histeris.

“Jinjja?? Bagaimana kau tahu??”

“Aku berhasil mencuri sistem jaringan keamanan gedung konferensi. Sensor pada bom yang terpasang berhasil aku deteksi.”

“Dimana bom itu terpasang? Aku akan berusaha menghentikan waktunya …”

“Aku tidak tahu pasti dimana bom itu terpasang. Tapi yang aku tahu, bom itu bersama dengan seseorang …”

“Apa maksudmu? Aku tidak mengerti sama sekali …”

“Posisi bom itu berubah-ubah. Aku yakin bom itu berada pada salah satu ratusan orang di dalam aula. Jika bom itu terpasang di suatu tempat, posisinya tidak akan mungkin berubah-ubah …”

Mr Cho terdiam kaku. Otaknya tiba-tiba menegang. Ia tampak berpikir keras untuk memastikan keberadaan bom itu.

Bom waktu?! Posisi berubah-ubah?! Seseorang?!

Tiba-tiba Mr Cho terpikir pada seorang namja aneh yang sempat berbicara dengannya.

“Seohyun … Namja aneh itu! Mungkinkah??!” ucap Mr Cho pada Mrs Cho.

“Mungkin saja Oppa!”

“Kalau begitu, apa kau bisa memastikan dimana letak namja itu?!”

“Sulit! Ini sangat sulit! Kamera CCTV yang terpasang di dalam aula sulit menjangkau dan membedakan setiap orang dalam keadaan gelap.”

Mr Cho kembali cemas. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Bahkan sambungan teleponnya dengan sang istri mendadak terputus. Ia berusaha menghubungi kembali Mrs Cho, namun tidak berhasil. Ia hanya mendengar nada tidak aktif melalui earphone-nya.

***
At SNAT’s office

Mrs Cho terkejut ketika didapatinya seseorang telah membekap mulut dan tangannya dari belakang. Mrs Cho tidak tahu siapa seseorang itu karena orang tersebut menutup rapat kepala hingga ujung kakinya dengan pakaian serba hitam. Mrs Cho terus berusaha melawan, namun kondisi fisik tubuhnya yang sedikit lemah semenjak ia dinyatakan hamil, membuat Mrs Cho tidak sanggup melawan balik bekapan orang tersebut. Mungkin keadaan akan jauh berbeda ketika ia tidak hamil. Biasanya akan sangat mudah bagi Mrs Cho untuk melakukan perlawanan balik, namun kali ini tenaganya seperti hilang sebagian.

Dengan segala cara, Mrs Cho terus memberontak. Ia juga berusaha meraih i-phone yang sempat terlempar ketika ia berusaha menahan bekapan orang tersebut. Bagi Mrs Cho, i-phone itu sangat berguna menghubungi keadaan daruratnya sekarang ini. Walaupun ia tahu, Mr Cho yang ia harapkan dapat membantu dirinya, justru sedang berada di masa-masa sulit yang sama dengan dirinya.

Mrs Cho terus berusaha keras. Ia merasakan rahimnya mulai menegang. Ia tidak punya pilihan lain. Ia harus segera melepaskan bekapan orang itu agar dirinya dapat segera berlari. Dengan sisa kemampuan yang ada, Mrs Cho mendorong tubuhnya sekuat tenaga menuju salah satu dinding. Hal itu membuat orang yang membekap tubuhnya dari belakang terbentur keras ke dinding. Mrs Cho dapat merasakan bekapan orang tersebut sedikit merenggang. Ia memanfaatkan kesempatan itu. Disikutnya perut orang itu dengan keras dan Mrs Cho berhasil bebas dari bekapan.

“Aaaarrghh …” rintih orang itu seperti kesakitan. Mrs Cho dapat menebak suara itu adalah suara seorang yeoja. Ia terkejut, tanpa pikir panjang Mrs Cho pun berusaha membuka penutup kepala orang tersebut. Namun, orang tersebut tidak membiarkan Mrs Cho membuka penutup kepalanya. Dengan cepat, orang itu menangkis tangan Mrs Cho dan mendorong kuat hingga Mrs Cho tersungkur ke lantai.

Mrs Cho menahan rasa sakit pada perutnya. Ia benar-benar tak kuat. Keringatnya mengucur deras. Dilihatnya sosok itu kini tengah mendekat ke arahnya, kemudian berdiri tegap tepat di hadapan Mrs Cho yang sedang terduduk memegangi perutnya. Mrs Cho tak tahu harus berbuat apa. Keadaannya jauh lebih berbahaya sekarang. Ia melihat sosok itu tampak menodongkan pistol tepat ke wajahnya.

“Siapa kau sebenarnya?! Kenapa kau bisa masuk ke gedung SNAT dengan mudah?!” tanya Mrs Cho sambil mengatur napas. Wajahnya terlihat sangat merah dan penuh dengan keringat.

Sosok itu sama sekali tidak menjawab. Ia tetap menodongkan pistol ke wajah Mrs Cho. Tak lama, sosok itu mulai menggerakkan jari telunjuknya perlahan untuk menarik pelatuk pistol. Mrs Cho membulatkan mata.

Tanpa pikir panjang, ia pun segera mengayunkan kaki kanannya dengan cepat ke arah tangan sang pemegang pistol.

Pistol itu terlempar dan mendarat jauh ke sudut ruangan. Akibat ayunan kaki yang begitu keras, perut Mrs Cho semakin bertambah keram, bahkan tubuhnya sempat berbalik karena sosok itu berusaha mencengkeram lehernya. Mrs Cho menarik nafas dalam. Dilihatnya sosok itu sedang menahan rasa sakit pada tangannya yang terkena tendangan sangat keras dari Mrs Cho.

Tanpa peduli dengan keadaan sosok itu, Mrs Cho berusaha bangkit berdiri sekuat tenaga. Ia mengambil i-phonenya dan berlari keluar ruangan sambil memegangi perutnya yang sangat keram. Nafasnya tersengal, Mrs Cho berusaha mengatur deru nafas itu. Ia terus berlari melewati koridor utama SNAT. Sesekali ia melirik beberapa ruangan dan disadarinya banyak staf SNAT yang tengah pingsan dan tergeletak dimana-mana. Entah seluruh staf itu masih hidup atau tidak, Mrs Cho tidak ingin memusingkan hal itu. Ia harus segera keluar dan melapor pada Direktur Siwon.

Tiba di halaman parkir utama SNAT, Mrs Cho segera mengeluarkan kunci mobilnya yang berada di saku jas. Tangannya gemetar ketika memegang kunci mobil itu dan berusaha membuka mobil sedan silvernya dengan sekuat tenaga. Ia tak habis pikir, tenaganya kali ini benar-benar terkuras. Namun ia tidak akan menyerah begitu saja. Dari sekian tantangan yang pernah ia temui, mungkin inilah tantangan ketiga tersulit yang pernah dilaluinya selama ia menjadi agen spy. Apalagi kali ini kondisi tubuhnya sangat tidak menguntungkan. Selain ia harus melindungi dirinya sendiri, ada alasan lain yang membuat Mrs Cho tidak akan menyerah begitu saja. Ia ingin tetap melindungi bayi yang berada di dalam kandungannya. Ia tidak ingin satu pun orang membunuh bayi tersebut.

***
At Conference Tower, Seoul

Direktur Siwon bergegas turun dari mobilnya. Pikirannya benar-benar tak tenang. Semua yang terjadi sekarang ini di luar dugaannya. Keadaan semakin berbahaya. Ia berpikir, para teroris mulai menyerang presiden secara terang-terangan. Tentu saja hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Ia tampak beprikir, Mr Cho dan Donghae masih berada di dalam aula konferensi, bahkan mereka terjebak di dalam sana bersama ratusan tamu penting termasuk presiden. Sementara itu, Heechul dan Nickhun, kedua namja itu berfokus pada keselamatan keluarga presiden yang lain. Mereka bertugas di hotel yang terletak di sebelah gedung konferensi. Oleh karena itu, tak ada pilihan lain, ia harus kembali terjun langsung sekarang. Entah mengapa, perasaannya begitu gugup. Cukup lama ia tidak terjun langsung seperti ini. Semenjak dirinya diberikan kepercayaan untuk meminpin SNAT, kesempatan untuk terjun langsung seperti ini tidak pernah dirasakannya lagi.

Direktur Siwon membetulkan letak jasnya, kemudian menghela napas dalam. Matanya menatap tajam ke arah sekeliling parkiran. Dikeluarkannya sebuah pistol semi otomatis modern yang menggunakan magazen sebagai ruang penyimpan peluru. Pistol ini merupakan favoritnya. Selain memiliki ruang kapasitas peluru yang mampu menampung hingga 20 butir peluru, pistol ini juga secara otomatis mengeluarkan selongsong peluru dari ruang peluru, lalu mengambil peluru baru dari magazen. Ia ingat betul pistol ini pula yang pertama kali ia ajarkan pada Tiffany saat mereka sama-sama masih berlatih dalam pelatihan agen spy untuk negara. Saat itu, Tiffany pun langsung jatuh hati padanya sekaligus pada pistol yang ia perkenalkan pada yeoja itu.

Direktur Siwon mengendap masuk ke dalam sebuah koridor kosong di bawah tanah. Masih terdapat beberapa lampu penerang otomatis yang tidak terhubung langsung pada ruang utama penerangan gedung. Ia merapatkan tubuhnya pada dinding sambil mengatur napasnya yang masih terengah. Matanya mengedar ke sekeliling koridor, memastikan tak ada orang lain selain dirinya. Tangannya siaga memegang sebuah pistol untuk ditembakkan ke arah manapun. Ia yakin ada seseorang yang sengaja memadamkan seluruh lampu pada ruang utama penerangan gedung konferensi ini. Dan sudah dipastikan orang itu pasti sengaja membuat trik untuk meneror sang presiden.

Tak lama, Direktur Siwon mendengar sebuah suara menggema dari suatu ruangan. Suara itu seperti suara ambrukan dua orang yang tengah berkelahi. Direktur Siwon mendekati sumber suara itu. Ia kini tengah berdiri di balik pintu yang setengah tertutup.

BRAAKK!!

Direktur Siwon menendang keras pintu itu dengan kaki kanannya. Ia menodongkan pistol ke dalam ruangan. Jantungnya seolah berhenti berdetak ketika ia mendapati seorang yeoja kecil baru saja menancapkan sebuah pisau tepat di dada seorang namja. Namja itu terjatuh lemah ke lantai. Darah segar mengalir lembut melalui kemeja putih yang dikenakan sang namja. Bahkan darah itu juga melumuri tangan sang yeoja kecil bersama pisau yang masih berada di genggaman tangannya.

“Min Young …” lirih Direktur Siwon tak percaya. Wajahnya tampak pucat pasi. Ia berdiri mematung dan seketika itu juga perasaannya membeku.

Yeoja itu menatap dingin ke arah Direktur Siwon. Ia masih sangat ingat dan mengenal sosok yang berdiri tepat di hadapannya sekarang. Ditatapnya Direktur Siwon, yang tak lain adalah appa-nya sendiri, dengan kaku. Kemudian Min Young berjalan perlahan keluar ruangan tanpa mempedulikan Direktur Siwon.

“Min Young, apa yang kau lakukan di sini?” tanya Direktur Siwon dengan nada bicara yang gemetar. Ia menatap punggung yeoja kecil itu, dan tanpa terasa kini tinggi Min Young hampir menyamai dirinya. Walaupun Min Young masih berumur 10 tahun, ia tahu bahwa Min Young tentu saja akan mengikuti postur tubuhnya yang begitu tinggi. Apalagi sekarang nampak postur tubuh Min Young yang terlihat jauh lebih kuat dari terakhir kali pertemuan mereka. Direktur Siwon sudah mengira bahwa Tiffany pasti akan selalu melatih yeoja kecil itu dengan baik.

“Aku bersama Umma bertugas di gedung ini. Kami melindungi perwakilan kedubes New Zealand untuk Korea Selatan. Ternyata lampu padam dan Umma terjebak berada di dalam aula konferensi. Sementara aku yang berada di parkiran, berinisiatif memeriksa ruang utama penerangan gedung. Tak kusangka, ada seorang namja yang berusaha memadamkan sistem penerangan gedung. Karena itu aku membunuhnya … ” jawab Min Young dengan nada bicara yang santai tanpa menoleh ke arah Direktur Siwon. Seolah tanpa dosa, Min Young kembali berjalan.

“Min Young, chankamma!” ujar Direktur Siwon kembali. Min Young kembali menghentikan langkah, namun tubuhnya masih enggan berbalik.

“Apa kau baik-baik saja? Apa kau terluka? Apa namja itu memukulmu?” tanya Direktur Siwon penuh khawatir. Matanya terlihat berkca-kaca. Ia tahu pertanyaannya itu mungkin sangat tak berarti bagi Min Young. Namun sebagai seorang Appa, Direktur Siwon tetap mengkhawatirkan keadaan Min Young. Walaupun yeoja itu jelas-jelas tengah berdiri tegap di hadapannya.

“Kalau pun aku terluka, apa kau peduli?! Lagipula, aku selalu membawa pistol dan pisau kemanapun aku pergi. Sebelum seseorang itu melukai tubuhku, mungkin aku yang akan merenggut nyawanya terlebih dahulu.”
Direktur Siwon terdiam. Ia tak sanggup lagi berkata-kata. Baginya, Min Young tumbuh menjadi seorang yeoja yang dingin. Ia tak mengira jika yeoja kecilnya telah berubah seperti itu.

Direktur Siwon menatap kepergian Min Young dengan penuh luka. Ia menyesal. Ia sangat menyesal. Kalau saja dulu ia tidak mengajarkan Min Young untuk berlatih, mungkin yeoja itu akan tumbuh menjadi yeoja manis yang akan selalu tersenyum ceria. Dan tentu saja , seandainya ia tidak mengkhianati cinta Tiffany, mungkin kelabu dendam di mata Min Young tidak akan pernah terpancar dari mata bening yeoja kecil itu.

***
At Conference Hall, Seoul

Lampu kini telah menyala. Suasana aula konferensi mulai tenang. Namun, beberapa petugas keamanan tampak memeriksa satu per satu tanda pengenal setiap tamu dan pengunjung yang berada di dalam aula konferensi tersebut. Setelah terbebas dari pemeriksa petugas keamanan, Mr Cho dan Donghae berburu dengan waktu. Mereka benar-benar tidak tahu dimana bom itu berada, bahkan mereka tidak tahu berapa lama lagi sisa waktu dari bom itu sebelum meledak.

Mr Cho menyipitkan mata ketika mendapati seorang namja aneh yang sempat diajaknya berbicara tengah berdiri di antara ratusan pengunjung lain. Namja aneh itu sedang menunggu proses pemeriksaan kartu identitas. Tanpa berpikir lama, Mr Cho segera berlari dan menghampiri namja aneh itu.

“Mana bom itu?!!” tanya Mr Cho penuh emosi. Tangannya menggenggam kuat kerah baju sang namja.

“Ah … Apa maksudmu?!” namja itu bertanya balik. Wajahnya tampak terkejut.

Tak lama, Mr Cho segera merebut paksa sebuah kamera di genggaman tangan sang namja. Sejak awal, ia sudah curiga pada benda itu. Walau bagaimanapun, standar berat kamera tipe digital slr tidak akan seberat ini. Mr Cho memang bukan ahli fotografi, namun ia sempat memegang beberapa kamera tipe serupa milik temannya di Amerika. Tentu saja sebagai agen spy, ia harus jeli dan teliti terhadap hal-hal demikian. Ia merasa saat pertama kali memegang kamera milik namja aneh itu, berat kameranya dua kali lipat dari berat kamera pada umumnya dengan tipe yang sama.

Mr Cho segera membongkar kamera digital slr itu. Beberapa petugas keamanan dan para wartawan yang berada di sekelilingnya tampak penasaran dengan apa yang dilakukan Mr Cho. Kemudian, tak sampai lima menit, Mr Cho tersenyum menyeringai. Ia berhasil menemukan seperangkat bom yang telah dirakit sempurna di dalam kamera digital slr itu. Bom itu telah diatur waktunya, dan tampak waktu yang tersisa 15 menit lagi.

“Ada booommm!!!! Menjauhlah semua! Menjauh!!” teriak salah seorang petugas keamanan ketika menyadari isi dari kamera digital slr yang berhasil dibongkar oleh Mr Cho.

Mr Cho tampak berpikir. Ia benar-benar tak tahu bagaimana cara menghentikan detik waktu yang terus berjalan pada bom itu.

“Mr Cho, bagaimana ini?!!” tanya Donghae penuh khawatir.

“Tidak ada pilihan lain, kita harus membawanya ke sebuah tanah lapang kosong ataupun perairan yang terdekat dari sini. Apa kau tahu dimana?!”

“Aku tahu, ada sebuah sungai yang mengalir di bawah jembatan pusat kota Seoul. Kira-kira 10 menit dari gedung ini kalau saja kita tidak terjebak macet …” jawab Donghae.

Secepat kilat, mereka berlari menuju halaman parkir mobil. Sekali lagi mereka berburu pada waktu. Mereka berharap sebelum bom itu meledak dan mengorbankan nyawa, bom itu telah berhasil mereka buang jauh-jauh.

“SNAT-Eagle-01 … Direktur, aku dan Mr Cho menuju sebuah sungai yang mengalir tepat di bawah jembatan pusat kota Seoul. Kami menemukan sebuah bom waktu dari salah satu wartawan yang menghadiri konferensi pers. Sementara itu, Presiden telah diamankan oleh tim militer menuju ke hotel. Laporan selesai …” ujar Donghae melalui earphone yang tersambung dengan Direktur Siwon.

“Baiklah, laporan diterima. Aku akan menuju aula konferensi untuk memastikan keadaan di sana seperti apa …” jawab Direktur Siwon.

Sambungan telepon pun terputus, Mr Cho dan Donghae segera memasuki mobil sedan hitam milik Mr Cho. Sedikit menghela napas panjang, Mr Cho langsung menginjak pedal gas mobil dan mengemudikan mobilnya di atas rata-rata. Kemampuannya mengemudikan mobil dengan kecepatan di atas rata-rata memang sudah tidak diragukan lagi. Bahkan ia tercatat sebagai pengemudi tergila yang pernah bergabung dengan agen CIA sewaktu di Amerika.

Detik terus berlalu, Donghae menatap waktu yang bersisa hanya 7 menit lagi. Ditatapnya Mr Cho yang tampak fokus mengemudikan mobil. Mata namja itu menatap tajam ke depan kaca mobil.

“Mr Cho, apa kau yakin kita tidak akan terbunuh dengan bom waktu ini? Tujuh menit bersisa … kita …”

“When everything seems to be going against you, remember that the airplane takes off against the wind, not with it. Aku pernah belajar banyak hal tentang melawan waktu. Pengalamanku selama 10 tahun di CIA, dan kalimat itulah yang selalu dapat kusimpulkan. Kau jangan pernah menyerah pada waktu sedetik pun, jika masih terbuka ribuan kesempatan di depan matamu …”

“Mr Cho …”

“Donghae-ssi, sepertinya kau perlu latihan khusus denganku mulai besok. Bukan hanya teknik melesatkan peluru, tapi juga bagaimana kau memanfaatkan situasi berbahaya di waktu-waktu yang sempit.”

“Kamsahamnida, Mr Cho … Aku benar-benar beruntung mengenalmu …”

Mr Cho tersenyum hangat. Walaupun ia tahu nyawanya sedang terancam, Mr Cho sama sekali tidak mengkhawatirkan hal itu. Ia selalu yakin jika Tuhan masih akan memberikannya kesempatan untuk bertemu dan memeluk istrinya serta bayi kecil yang berada di dalam kandungan sang istri.

Tiba di jembatan yang mereka tuju. Mr Cho dan Donghae segera keluar dari mobil.

30 detik ?!

Mr Cho membulatkan mata. Dengan sekuat tenaga, ia melempar bom itu ke dalam sungai. Sebelum tubuhnya kembali berbalik arah, percikan air telah membasahi tubuhnya dan tubuh Donghae. Semburat cahaya merah kekuningan juga menari-nari di atas permukaan sungai. Kini mereka berdua menghela napas lega.

***
At Mr and Mrs Cho’s House

Mr Cho memarkir mobilnya dengan cepat di halaman parkir rumah. Ia membanting keras pintu mobilnya. Berita yang baru saja diterima dari Direktur Siwon, benar-benar membuatnya sangat marah. Mr Cho tampak geram. Pikirannya tak tenang sebelum dirinya bertemu dan dapat memastikan jika keadaan istrinya baik-baik saja.

Mr Cho memasuki rumahnya dengan perasaan bergetar. Ia mengamati seluruh ruangan secara teliti layaknya agen spy yang sedang bertugas. Ia khawatir ada penyelundup yang datang ke rumahnya. Tak ada tanda-tanda seseorang beredar dimanapun. Mr Cho bergegas pergi menuju kamar tidurnya. Mungkin istrinya sedang tertidur saat ini.

Dibukanya pintu kamar dengan hati-hati, Mr Cho mengintip dan memastikan bahwa kamarnya masih tetap dalam keadaan yang tidak mencurigakan. Ia mengerutkan kening ketika didapati sang istri terbaring lemah dengan wajah pucat di sisi tempat tidur.

“Jagiya, gwenchanayo?!!” pekik Mr Cho sambil membenarkan posisi tidur sang istri. Perlahan, Mrs Cho membuka matanya. Ia melihat samar wajah Mr Cho.

“Op … Oppa … kaukah itu?” tanya Mrs Cho terbata. Nada suaranya begitu lemah.

“Ne, ini aku. Apa yang terjadi??! Katakan padaku!! Siapa yang membuatmu seperti ini?!” tanya Mr Cho penuh emosi. Ditatapnya sang istri yang masih terkulai lemah.

“Oppa …”

Seketika itu juga Mrs Cho pingsan. Sementara Mr Cho tampak geram melihat keadaan istrinya yang terkulai tak berdaya.

TBC

Nah gitu deh … pasti banyak mengundang pertanyaan ya? Hehe …

Gmn nasib Mrs Cho?

Siapa yg membuat Mrs Cho jadi begitu?

Bgmn sikap Min Young selanjutnya dengan Direktur Siwon?

Lantas, apa yg akan dilakukan Mr Cho selanjutnya setelah melihat kondisi Mrs Cho dan bayinya yang lemah??

Kekekek~ boleh koo ngasih saran2 untuk semua pertanyaan tadi. Silahkan masukannya. Makanya komen yaa … Gomawo =D

BAi BAi …

***