[FF] Mr and Mrs Cho (Chapter 6)

Judul FF                    : Mr and Mrs Cho (Chapter 6)

Nama Author        : Similikiti_balabala

Main Cast                  :

Cho Kyu Hyun as Mr CHO / Kyuhyun (Spy Agent at Seoul National Anti-Terrorism)

Seo Joo Hyun as Mrs CHO / Seohyun (Spy Agent at Seoul National Anti-Terrorism)

Other Cast                 :

Choi Siwon as Siwon (Director of Seoul National Anti-Terrorism)

Tiffany as Tiffany (Spy Agent at Seoul National Anti-Terrorism)

Lee Dong Hae as Mr Lee / Donghae (Spy Agent at Seoul National Anti-Terrorism)

Im Yoona as Mrs Lee / Yoona (Scientist Staff at Seoul National Anti-Terrorism)

Victoria as Vic (Spy Agent at Seoul National Anti-Terrorism)

Nickhun as Nick (Spy Agent at Seoul National Anti-Terrorism)

Heechul as Heechul (Spy Agent at Seoul National Anti-Terrorism)

Genre                         : Romance, Action, Thriller (maybe)

PERHATIAN!

Chapter ini berisi sedikit adegan thriller (tapi lumayan mengerikan)

Bagi yang tidak suka dengan adegan tersebut, sebaiknya tidak usah membaca

Maaf sebelumnya jika chapter ini sedikit …

Author ga punya banyak waktu luang

Tapi, selalu ingin berusaha melanjutkan ff ini

Mohon pengertiannya

Dan terima kasih atas readers yang masih bersedia membaca semua FF yang author buat

***

Prolog

Seperti sebuah teka-teki

Seperti sebuah permainan yang mengorbankan nyawa

Kau tak dapat memilih ataupun menolak

Satu-satunya hal yang dapat kau lakukan hanyalah menyetujui dan menyelesaikan permainan ini

 

Lalu kau berusaha sekuat mungkin

Bertahan

Dan tentu saja hatimu mengatakan harus menang

 

Saat itulah, kau sadar

Bahwa nyawa begitu berharga

Terutama untukmu dan orang-orang yang menyayangimu

 

 

Berita mengenai penyergapan markas besar SNAT menjadi perbincangan hangat para staf SNAT dan seluruh warga Korea Selatan. Bahkan berita ini menjadi topik utama pada setiap media massa di Korea Selatan. Apalagi penyergapan tersebut tengah dikaitkan dengan teror yang menyerang Presiden dan keluarganya. Tentu saja, menanggapi hal itu, Direktur Siwon bukan hanya memperketat sistem keamanan markas besar SNAT, tapi juga menambah beberapa personil staf keamanan SNAT. Ia tidak ingin penyergapan semacam itu kembali terulang di markas besarnya.

Pukul 09.00 pagi. Direktur Siwon terus mengamati lembaran dokumen yang menumpuk di meja kerjanya. Perlahan ia mempelajari mengenai kasus penyergapan markas besar SNAT yang terus melekat erat di otaknya. Berulang kali ia membaca dokumen itu satu per satu, dan bukti-bukti semakin menyimpulkan bahwa Vic adalah pelakunya. Namun, ia masih belum mengerti mengapa yeoja itu melakukan semua ini. Ia terus berusaha melacak identitas asli Vic dan hasilnya pun nihil. Tak ada tanda-tanda jika Vic merupakan gabungan dari para teroris yang telah mendunia. Mustahil jika tujuan Vic hanya karena ingin merusak nama baiknya. Ia tahu, Vic memang sakit hati karena dirinya yang sekarang telah mencampakkannya. Tapi, Direktur Siwon yakin bukan itulah latar belakang jika Vic memang pelakunya.

Tak lama, suara ketukan pintu menyadarkan lamunan Direktur Siwon. Ia segera mempersilahkan masuk orang yang mengetuk pintu pribadinya tersebut. Seketika itu juga muncul Mr Cho dari balik pintu dan segera memberikan salam hormat pada Direktur Siwon.

“Mr Cho, aku memanggilmu kesini untuk tugas khusus. Tugas ini merupakan misi rahasia antara kau dan aku,” ujar Direktur Siwon sambil mempersilahkan Mr Cho untuk duduk.

“Misi rahasia?? Apa maksud Direktur?” tanya Mr Cho masih tak mengerti.

“Ne, misi rahasia untuk menjadi mata-mata di dalam markas besar SNAT. Aku ingin segera mengetahui penyusup yang kau maksud di dalam SNAT. Dari semua dokumen yang aku pelajari, aku masih ragu jika Vic pelakunya. Aku masih tidak tahu motif Vic jika memang benar dia pelakunya. Setelah aku lacak, aku sama sekali tidak menemukan nama Vic dalam daftar jaringan teroris dimanapun. Entahlah, mungkin aku yang belum mampu menemukannya. Oleh karena itu, aku memberikan misi rahasia ini padamu. Dan satu hal yang terpenting, jangan ada yang mengetahui tentang rencana ini, kecuali hanya kau dan aku …”

Mr Cho tak berkomentar. Ia tampak berpikir sesaat. Ia masih belum tahu apakah ia akan menyetujui rencana Direktur Siwon tersebut.

“Mr Cho, apa ada sesuatu yang kau pikirkan?” tanya Direktur Siwon menyadarkan lamunan Mr Cho.

“Aniyo. Lantas, tugas apa yang harus aku lakukan?” ujar Mr Cho mengalihkan pembicaraan.

“Well, beberapa bukti memang hampir sebagian mengarah pada Vic. Namun, semua bukti ini tidak akan berarti sama sekali jika kita masih tidak dapat menemukan motif Vic melakukan semua ini. Apalagi nama dia sama sekali tidak tercatat dalam daftar teroris dunia yang sedang dilacak oleh lembaga teroris manapun. Kalaupun dia mempunyai maksud lain untuk melakukan aksi teror kepada sang presiden, itulah tugas kita mencari maksud tersebut.”

“Ne, aku paham. Aku akan berusaha mencari tahu semua itu. Tapi, apakah aku sama sekali tidak boleh memberitahukan hal ini pada istriku? Walau bagaimanapun, kejadian penyergapan kemarin menunjukkan bahwa pelaku semakin terang-terangan melakukan aksi penyerangan kepada kita. Dan mengenai misi rahasia ini, tidak dapat kita perkirakan jika suatu saat nanti sang pelaku juga menyadarinya. Aku hanya takut sang pelaku melakukan ancaman pada orang-orang di sekitarku. Terutama mungkin istriku. Setidaknya, jika aku memberitahukan hal ini, mungkin dia akan bertindak lebih waspada.”

Direktur Siwon terdiam. Ia berusaha membaca kekhawatiran yang terpancar jelas pada raut wajah Mr Cho. Benar apa yang dikatakan oleh namja itu. Tentu saja, suatu saat nanti tidak ada yang bisa memastikan jika sang pelaku menyadari misi rahasia ini. Direktur Siwon sadar bahwa aksi dan gerak-gerik sang pelaku seperti tersusun dan terencana dengan rapi. Bahkan hingga akhirnya markas besar SNAT pun mendapat penyergapan, itu berarti bukanlah hal kecil yang harus disepelekan. Apalagi dugaan pelaku yang juga menjadi penyusup di dalam markas besar SNAT mengindikasikan bahwa semua rencana seolah telah matang.

“Baiklah, kau hanya boleh memberitahukan misi rahasia ini pada istrimu. Selebihnya, aku sangat berharap kau mampu menjaga misi rahasia ini. Dan pastikan jika istrimu juga akan menjaganya.”

“Tentu saja! Aku akan menjamin semua itu.”

“Ne, aku pegang janjimu.”

“Sebagai langkah awal, apa yang harus aku lakukan?”

“Hmm … berhubung bukti banyak tertuju pada Vic. Aku ingin kau fokus mengawasi setiap aksi dan gerak-geriknya. Lusa kau akan aku beri tugas mengawal perjalanan presiden ke Jepang. Tentu saja aku akan memilih Vic sebagai partnermu. Dan itu kesempatanmu untuk mengawasi dia.”

“Ke Jepang? Berapa hari aku akan mengawal Presiden di sana?”

“Kurang lebih 2 hari …”

Direktur Siwon kembali menatap raut wajah Mr Cho yang terdiam. Ia merasa namja itu seperti menyembunyikan sesuatu di dalam pikirannya.

“Apa kau ada masalah?” tanya Direktur Siwon memecah kesunyian yang terjadi di antara mereka.

“Aniyo. Aku hanya mengkhawatirkan istriku saja.”

“Ne, aku paham kalian masih shock dengan peristiwa penyergapan itu. Apalagi Mrs Cho menjadi salah satu korbannya. Kau pasti sangat mengkhawatirkan kondisi kehamilannya.”

“Aku hanya berpikir bagaimana jika pelaku itu akan melakukan aksi lain terhadap istriku? Aku khawatir sang pelaku memanglah penyusup di dalam SNAT. Dan ia pasti tidak akan membiarkan istriku mendahului pelacakannya.”

“Kau benar! Dengan kata lain, keadaan istrimu jauh lebih berbahaya sekarang. Apalagi Mrs Cho berhasil lari dari penyergapan. Sang pelaku pasti berpikir bahwa Mrs Cho juga sangat berbahaya bagi identitasnya.”

“Itulah hal utama yang aku pikirkan setelah penyergapan terjadi …”

“Baiklah, aku akan mengirimkan beberapa agen spy yang akan menjaga istrimu. Aku juga akan memastikan keadaannya baik-baik saja selama kau pergi.”

“Kamsahamnida, Direktur …”

“Ne, cheonma. Aku sangat berharap kau dapat segera menjawab teka-teki ini, Mr Cho.”

“Percayakan semuanya padaku …”

Mr Cho beranjak pergi dari ruang pribadi Direktur Siwon. Ia menghembuskan nafas lega. Walaupun 2 hari mendatang merupakan kerja kerasnya, namun ia sedikit tenang karena kondisi istrinya dapat dipastikan aman.

***

Mrs Cho menatap heran suaminya yang baru saja pulang sambil membawa barang belanjaan di kedua tangannya. Beberapa dilihatnya ada kepala boneka yang muncul melalui celah bungkusan. Mrs Cho tersenyum tipis, namun hatinya masih penasaran.

“Oppa, kau belanja banyak sekali. Dalam rangka apa ini?” tanya Mrs Cho sambil mengerutkan kening.

“Tadaaaaa … lihatlah! Tadi aku iseng berjalan-jalan ke toko perlengkapan bayi. Waktu itu kita kan tidak jadi membelinya. Dan sekarang, entah mengapa aku ingin memborong semuanya,” ungkap Mr Cho sambil mengeluarkan satu per satu barang belanjaannya. Mrs Cho menanggapinya dengan senyum kecil.

“Lihat! Ini boneka beruang besar yang akan menemani Baby Cho tidur nanti. Lalu, ini tempat tidur bayi, mainan bayi, botol susu, perlengkapan makan, pakaian bayi, dan lain-lainnya. Semuanya benar-benar lucu, jagi,” seru Mr Cho kembali dengan raut muka yang begitu bersemangat.

“Aigooo … kau benar-benar membeli semuanya, Oppa.”

“Ne, jagiya. Aku tak sabar ingin melihat Baby Cho lahir dan aku ingin mengajaknya bermain-main,” ujar Mr Cho sambil memakai topi kupluk bayi di kepalanya.

“Baby Cho, lihatlah Appa-mu! Dia begitu ingin melihatmu lahir. Cepat besar ya, jagi …” ucap Mrs Cho sambil mengelus-elus perutnya dengan lembut.

“Ne, benar Baby Cho. Kau baik-baik ya di perut Umma. Jangan nakal dan tentu saja kau harus kuat seperti Appa dan Ummamu …” sahut Mr Cho tak mau kalah. Wajahnya menempel  di perut Mrs Cho dan mengecup lembut perut tersebut. Kemudian Mr Cho juga berusaha mendengar reaksi yang terjadi di dalam perut istrinya itu.

“Jagi, bagaimana kalo sekarang kita menghias kamar untuk Baby Cho?”

“Mwo?? Menghias kamar Baby Cho? Tapi kan Baby Cho lahirnya masih lama, Oppa …”

“Tidak apa. Aku tak sabar ingin menghias kamar untuknya. Jebal, jagi-aah!”

Mr Cho segera menarik tangan istrinya. Ia juga mengambil semua barang belanjaan menuju kamar di sebelah kamarnya. Hari ini hatinya begitu berbunga-bunga. Melihat ekspresi suaminya yang begitu bahagia, Mrs Cho hanya menggeleng-gelengkan kepala. Entah mengapa, semenjak berita kehamilan Mrs Cho, namja itu seperti tidak sabar ingin melihat anaknya segera lahir. Mungkin karena penantian itu baru dirasakan setelah satu tahun pernikahan mereka. Apalagi pekerjaan mereka yang banyak menyita waktu dan pikiran, membuat Mr dan Mrs Cho merasa jenuh dan ingin kehadiran seorang malaikat kecil yang dapat menghibur hari-hari mereka setiap saat.

Mr dan Mrs Cho tiba di sebuah kamar kosong. Kamar tersebut hanya berisi sebuah tempat tidur berukuran besar, lemari pakaian yang terbuat dari kayu, beberapa ornamen oriental, serta meja rias berukuran sedang yang juga terbuat dari kayu dan bercat cokelat tua. Mereka segera membersihkan debu-debu yang menempel di dalam kamar. Kemudian Mr Cho meletakkan tempat tidur bayi berwarna hijau terang lengkap dengan guling dan bantal berukuran kecil di dalamnya. Ia juga memasang hiasan gantung yang dapat berputar pada gagang kayu di sisi atas tempat tidur bayi. Bibirnya terus mengulum senyum membayangkan seorang bayi mungil sedang tertawa dan memainkan hiasan gantung itu.

Sementara itu, Mrs Cho menata dan merapikan beberapa pakaian, boneka serta mainan bayi di dalam lemari. Senyumnya pun terus mengembang ketika tangannya memegang lembut baju-baju mungil yang sangat lucu itu. Ia terus membayangkan bayi mungil di dalam perutnya memakai semua baju-baju tersebut.

“Jagi, aku mau berbicara sesuatu padamu …” bisik Mr Cho tepat di telinga Mrs Cho. Namja itu memeluk erat istrinya dari belakang. Dibelainya perut sang istri dengan lembut

“Ne, Oppa. Kau mau bicara apa?” tanya Mrs Cho sambil membelai wajah sang suami yang berada di belakang tubuhnya.

“Direktur Siwon memberikan aku misi rahasia khusus untuk menjadi mata-mata di dalam SNAT. Kau tahu kan, hampir semua dugaan mengarah pada Vic. Oleh karena itu, lusa aku akan ditugaskan oleh Direktur Siwon untuk mengawal kepergian Presiden ke Jepang. Tentu saja, Direktur Siwon akan menempatkan Vic sebagai partnerku. Selama itulah, aku akan mengawasi gerak-gerik dan aksinya.”

Mrs Cho terdiam. Ia tampak berpikir sesaat. Dirasakan hembus napas suaminya yang menerpa lembut di lehernya.

“Jagi, gwenchanayo?” tanya Mr Cho begitu menyadari sang istri hanya terdiam.

“Oppa, aku khawatir pada dirimu. Aku takut terjadi apa-apa padamu …”

“Jagi, kau tidak perlu khawatir dengan keadaanku. Kau seharusnya mengkhawatirkan dirimu dan Baby Cho saat aku pergi. Tapi tenanglah, Direktur Siwon akan memastikan dirimu aman saat aku pergi ke Jepang. Dia berjanji padaku akan mengutus beberapa agen spy untuk melindungimu.”

“Tapi Oppa … Kalau benar Vic adalah salah satu pelaku semua ini, ia pasti tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk kembali melakukan aksi teror terhadap presiden di Jepang. Apalagi ini pertama kalinya ia diutus oleh Direktur Siwon untuk bertugas mengawal kepergian Presiden. Sudah pasti dia tidak akan menyi-nyiakan kesempatan ini.”

“Percayalah, aku akan mengatasi semua itu. Kau tidak perlu khawatir, jagi.”

Mrs Cho kembali terdiam. Sejujurnya ia begitu khawatir dengan keadaan suaminya. Selama ini mereka selalu ditakdirkan untuk selalu bekerja sama. Baru kali ini mereka harus terpisah hanya karena pekerjaan.  Dan itu membuat perasaan dan pikiran Mrs Cho tak tenang.

“Jagi, dengar. Aku akan pastikan jika keadaanku baik-baik saja di sana. Aku akan meneleponmu setiap satu jam selama aku di Jepang,” ujar Mr Cho meyakinkan sang istri. Ia membalikkan tubuh Mrs Cho dan menatap dalam mata istrinya tersebut.

“Oppa, aku rasa tidak perlu. Aku percaya padamu …” balas Mrs Cho sambil tersenyum kecil.

“Baiklah, aku mohon percaya padaku. Tugasmu hanya menjaga Baby Cho kita dan pastikan kau akan baik-baik saja ketika aku kembali dari Jepang. Satu hal lagi, jaga rencana mengenai misi rahasia ini pada siapapun. Hanya aku, kau, dan Direktur Siwon saja yang tahu.”

Mrs Cho mengangguk kecil. Melihat hal itu, Mr Cho sedikit lega. Ia mendekap tubuh istrinya erat. Dirasakan hangat tubuh sang istri yang selalu membuatnya merasa nyaman. Entah mengapa, ia merasa semakin gugup untuk melalui hari keberangkatannya lusa. Sejujurnya ia masih takut. Namun, ia harus tetap menjalankan tugasnya sebaik mungkin.

***

Direktur Siwon menatap Min Young dengan kaku. Sikap yeoja itu teramat dingin hingga membuat perasaannya begitu beku. Bahkan sampai lima belas menit pertemuan tersebut berlangsung, Min Young masih saja bungkam tanpa mengeluarkan satu patah kata pun dari mulutnya. Disampingnya tampak Tiffany yang duduk dan bersikap hangat kepada Direktur Siwon. Mereka berdua bahkan terlarut pada keasyikan berbagai memori dan kenangan manis yang pernah mengisi hari-hari mereka terdahulu. Namun bagi Min Young, hal tersebut seolah tak berpengaruh sama sekali bagi dirinya. Entah apa yang dipikirkan yeoja kecil itu, ia masih saja menunjukkan sikap canggung pada sang Appa.

“Min Young, apa kau baik-baik saja?” tanya Tiffany dengan nada bicara yang lembut. Ia membelai rambut panjang Min Young  yang terurai bebas.

“Bisakah kita segera mengakhiri pertemuan ini? Atau mungkin aku bisa pergi duluan?” tanya Min Young dengan nada ketus. Ia sama sekali tak menatap Tiffany ataupun Direktur Siwon.

“Min Young, apa kau tak senang jika kami akhirnya bisa bersama? Lihat! Bukankah ini yang kau harapkan dari Appa dan Umma-mu?” Tiffany balas bertanya. Kali ini nada bicaranya sedikit menekan. Ia sama sekali tak mengerti jalan pikiran yeoja kecilnya itu.

“Ne, aku tahu seharusnya aku bahagia. Tapi, tanpa adanya ikatan yang jelas, aku rasa semua itu hanya harapan kosong! Jadi sebaiknya kalian pikirkan lagi apa yang seharusnya kalian lakukan untukku!” ungkap Min Young sedikit kesal. Ia tak peduli pada dua orang yang menatapnya tak mengerti saat ini. Ia segera beranjak meninggalkan bangku restoran dan bergegas pergi menuju toilet.

“Sebaiknya kita tidak usah mendengarkan yeoja kecil itu. Ia memang selalu begitu …” ucap Tiffany sambil menyesap secangkir cappuccino hangat.

“Aku rasa apa yang diucapkan Min Young benar. Dan …”

“Sudahlah, kubilang lupakan saja omongan dia. Bagaimanapun Min Young tak pernah tahu apa yang kita rasakan. Lagipula ia masih terlalu kecil untuk ikut campur dalam permasalahan ini,” potong Tiffany cepat. Ia membuang pandangannya dari wajah Direktur Siwon. Perasaannya tiba-tiba kembali kacau.

“Tiffany, apa kau masih belum bisa memaafkan aku?” tanya Direktur Siwon untuk kesekian kalinya dengan pertanyaan yang sama.

“Sudah kubilang, aku tak punya jawaban bagus untuk pertanyaanmu yang satu itu.”

“Tiffany … sampai kapan?! Aku sudah benar-benar meninggalkan Vic. Aku bahkan …”

“Mianhae … aku tidak ingin membahas hal ini lebih lanjut.”

“Apa yang harus aku lakukan untuk mendapatkanmu kembali? Aku mohon katakan …”

“Aku mohon jangan paksa aku, Direktur Siwon …”

Direktur Siwon terdiam. Tangannya meraih tangan Tiffany dengan lembut. Ia tahu jika mantan istrinya tersebut telah menyebut nama panggilannya secara formal, itu berarti tak ada jawaban lain selain sebuah penolakan. Dipandanginya wajah Tiffany yang kini menunduk. Sejujurnya namja itu masih sangat berharap jika Tiffany membuka pintu hatinya kembali. Apalagi belakangan ini sikap Tiffany pun mulai hangat kepadanya. Namun, sepertinya, sikap hangat Tiffany tersebut tidak sepenuhnya mengartikan bahwa yeoja itu telah memaafkan dirinya.

“Baiklah, aku tidak akan memaksa. Tapi aku akan tetap menunggumu, sampai kapan pun. Oh iya, aku ingin membicarakan sesuatu padamu. Ini tentang SNAT …”

Kali ini Tiffany menatap wajah Direktur Siwon dengan serius. Ia berusaha mendengarkan topik baru yang menurutnya jauh lebih menarik.

“SNAT dalam kondisi yang darurat. Kau sudah mendengar berita tentang penyergapan itu, kan? Aku benar-benar tidak mengira jika para teroris semakin terang-terangan menunjukkan aksinya. Bahkan, aku mulai berpikir jika penyusup telah memasuki SNAT,” lanjut Direktur Siwon menjelaskan.

“Jinjja??”

“Ne, dari laporan yang aku terima, memang benar banyak bukti yang menunjukkan jika penyusup itu salah satu staf SNAT. Tapi aku masih tidak tahu siapa penyusup itu secara pasti. Hanya saja, dari sebagian bukti tersebut, ada satu orang yang berpeluang besar sebagai penyusup.”

“Siapa dia?”

“Vic …”

Tiffany tersentak. Wajahnya mendadak berubah. Kerongkongannya pun seperti tercekik. Berita yang baru saja didengarnya dari Direktur Siwon membuatnya benar-benar terkejut. Ia tak tahu harus berekspresi seperti apa di hadapan namja itu.

“Aku tidak tahu harus berkata apa padamu … Mungkin ini seperti kenyataan yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Aku tahu kau pasti juga merasa terkejut ketika pertama kali menyimpulkan semua ini. Begitu juga dengan diriku,” ucap Tiffany datar. Ia memainkan sendok kecil di hadapannya. Pikirannya terbayang pada sosok yeoja yang sempat menghancurkan kehidupan manisnya. Entah ia harus bahagia atau justru sebaliknya, bagi Tiffany, ini seperti sebuah ancaman yang akan membahayakan mantan suaminya tersebut. Tentu saja, Tiffany pun merasa cemas.

“Karena itu, aku ingin meminta bantuanmu …” ungkap Direktur Siwon tanpa ragu. Ia memastikan wajah Tiffany yang tak masalah dengan permintaannya itu.

“Apa yang dapat aku bantu?”

“Aku butuh beberapa agen spy di SNAT. Aku harap kau bersedia bergabung kembali ke dalam SNAT. Aku mohon, ini benar-benar darurat. Dan mungkin kau juga bisa mengajak Min Young untuk bergabung bersama kami.”

“Min Young??”

“Emm … sebenarnya aku tak memaksamu untuk mengajak Min Young. Aku tahu kau pasti tidak akan mengijinkan hal itu.”

Tiffany tak berkomentar. Ia nampak berpikir sejenak.

“Baiklah, aku akan membantumu di SNAT. Mengenai Min Young, aku tak dapat pastikan. Tapi melihat kemampuannya yang sekarang, aku rasa tak masalah jika ia bergabung bersama diriku. Hanya saja aku tak tahu apakah dia bersedia atau tidak, dan aku sama sekali tak dapat memaksanya.”

“Ne, aku mengerti. Aku juga tidak akan memaksa jika Min Young tidak mau.”

“Lantas, apa tugasku dan Min Young?”

“Hmmm … kau dan Min Young akan aku tugaskan untuk menjaga seorang agen spy bernama Mrs Cho. Keadaannya sekarang sangat berbahaya. Ia adalah satu-satunya staf SNAT yang berhasil lolos dari penyergapan kemarin. Jadi, aku menduga bahwa sang pelaku penyergapan pasti tidak akan membiarkan dia begitu saja. Mungkin, tugasmu terdengar seperti tidak biasa. Tapi, Mrs Cho benar-benar butuh perlindungan. Apalagi kondisinya sekarang sedang hamil. Suaminya, Mr Cho, akan aku tugaskan mengawal presiden ke Jepang selama dua hari. Dan selama suaminya bertugas, aku harus memastikan jika keadaan istrinya akan baik-baik saja di sini.”

“Baiklah, sepertinya tidak akan sulit.”

“Tiffany, aku harap kau juga berhati-hati. Aku yakin sang pelaku dan orang suruhannya pasti telah menyusun semua rencana ini dengan rapi.”

“Ne, aku akan berhati-hati.”

Direktur Siwon tersenyum tipis. Ia sedikit berlega hati. Walaupun demikian, kekhawatirannya masih belum hilang. Ia benar-benar merasa gugup atas semua rencana yang telah ia susun dengan rapi itu. Sampai sejauh ini, ia yakin rencananya telah melibatkan banyak orang berpengalaman. Namun, semua itu tidak dapat diremehkan begitu saja.

Sementara itu, di dalam sebuah toilet, Min Young terduduk pada bangku kloset. Sebenarnya ia sama sekali tidak berniat ke tempat ini selain untuk menenangkan pikiran dan perasaannya. Ia masih tak mengerti kenapa sulit sekali mengubah sikap dinginnya pada sosok namja itu. Ditatapnya sebuah foto di layar i-phone miliknya. Dalam foto itu, tampak dirinya sedang memeluk erat tubuh Direktur Siwon dari belakang. Foto itu diambil saat umurnya masih 8 tahun. Min Young tersenyum kecil. Ia benar-benar merindukan saat-saat bahagia bersama Appa dan Ummanya. Tentu saja, saat dimana mereka pergi berlibur bertiga layaknya sebuah keluarga yang bahagia.

“Ne, aku baru saja mendengar percakapan Direktur Siwon dengan salah seorang yeoja. Sepertinya yeoja itu adalah mantan kekasihnya …” ucap seorang yeoja tiba-tiba. Nada bicaranya terdengar begitu tenang. Min Young tersontak mendengar nama Direktur Siwon terdengar di telinganya. Ia berusaha mendengar percakapan tersebut.

“Ne, dia juga sudah menduga jika kau adalah pelakunya. Dia benar-benar menyebutkan namamu di depan yeoja itu,” ujar yeoja misterius itu kembali. Min Young terus menyimak percakapan melalui telepon itu. Ia terus menebak-nebak seseorang yang dihubungi oleh yeoja misterius tersebut.

“Satu hal lagi yang penting. Kita tidak akan mudah melakukan penyerangan kepada Mrs Cho. Direktur Siwon menyuruh yeoja itu untuk melindungi Mrs Cho. Aku rasa, yeoja itu memiliki kemampuan yang jauh lebih hebat dari kita semua.”

Min Young memasukkan i-phonenya ke dalam saku jas yang ia kenakan. Terlintas dalam benaknya untuk melakukan penyergapan pada yeoja misterius itu. Min Young memang belum tahu apa maksud percakapan yang ia dengar. Tapi baginya, ini sudah jelas berhubungan dengan Appa dan Ummanya. Tentu saja yeoja kecil itu tidak akan tinggal diam.

“Baiklah, aku akan sangat hati-hati menjalankan semuanya. Aku yakin Mrs Cho dan yeoja itu pasti akan tetap kalah jika jumlah kita jauh lebih banyak …”

Terdengar yeoja misterius itu mengakhiri percakapan melalui teleponnya. Min Young menajamkan pendengaran. Ia memastikan jika yeoja misterius itu masih berada di dalam toilet. Tak lama, Min Young keluar dari persembunyiannya dari dalam kloset. Ia melangkahkan kakinya perlahan, dan didapatinya seorang yeoja tengah berdiri di depan cermin wastafel. Pantulan tubuh Min Young terlihat jelas di dalam cermin tersebut. Hal itu membuat sang yeoja misterius sedikit panik. Apalagi wajah Min Young yang begitu dingin menatap lurus ke arahnya melalui cermin. Sang yeoja berusaha menebak pikiran yeoja kecil di belakangnya itu.

“Siapa kau?!” tanya sang yeoja misterius sambil berbalik. Nada suaranya terdengar bergetar.

“Apa kau menyukai darah, Nona?” tanya Min Young dingin. Tatapannya begitu tajam dan membunuh.

“Apa maksudmu?!” sang yeoja misterius itu balik bertanya. Wajahnya terlihat sangat ketakutan. Apalagi ia melihat Min Young menggenggam sebuah pisau lipat di tangan kanannya.

Min Young tak menjawab. Ia semakin mendekat ke arah sang yeoja misterius. Dilihatnya yeoja itu berusaha mengeluarkan sebuah pistol dari saku tasnya. Yeoja itu begitu gugup. Min Young menatap puas wajah gugup di hadapannya itu. Tanpa pikir panjang, ia melempar pisau lipat dengan cepat ke arah perut sang yeoja.

Pisau itu tepat menancap dan seketika itu juga darah segar mengalir perlahan menodai kemeja coklat yang dikenakan sang yeoja. Dilihatnya sang yeoja terduduk lemas di depan wastafel. Namun ia masih berusaha mengeluarkan pistol dari tasnya.

Min Young menepis tangan sang yeoja. Dilemparnya tas sang yeoja ke sisi kiri hingga menjauh dari pemiliknya. Tangan Min Young kembali memegang pisau yang masih tertancap pada perut yeoja itu.

“Tenanglah! Aku hanya akan membuatmu sedikit sakit, tapi ini jauh lebih mengasyikkan …” ucap Min Young sambil menekan pisau tersebut agar lebih dalam memasuki daging di dalam perut sang yeoja.

“Aaaaarrrrggghhhh!!!” jerit sang yeoja kesakitan. Ia mengeluarkan air mata.

“Kenapa kau menangis?? Bukankah ini permainan yang mengasyikkan?” tanya Min Young sambil tersenyum sinis pada sang yeoja. Ia membelai lembut wajah sang yeoja. Mengamati setiap detail permukaan wajah itu.

“Katakan padaku! Siapa orang yang kau hubungi tadi?”

“Aku … aku tidak tahu apa-apa …”

“Jawab!!”

Yeoja itu terdiam. Ia seperti kesulitan bernapas. Wajahnya mulai memucat. Tubuhnya pun semakin lemas. Perlahan tatapannya semakin kabur. Ia bahkan hampir tidak dapat melihat wajah Min Young yang begitu dekat di matanya.

“Baiklah, semoga kau bahagia di akhirat …” ucap Min Young pelan. Tangannya  menekan keras gagang pisau yang tertancap di perut sang yeoja hingga lebih dalam. Seketika itu juga, sang yeoja tak bernapas.

Dengan cepat Min Young menarik tubuh yeoja itu ke dalam salah satu kloset sebelum darah sang yeoja mengalir dan memenuhi lantai. Setelah itu, ia bergegas mengambil tas berwarna merah marun milik sang yeoja. Min Young tampak mencari-cari sebuah handphone di dalam tas tersebut. Tak lama, ia berhasil menemukan sebuah handphone dan segera membuka tombol kuncinya.

Ditatapnya layar handphone itu, ia kembali mencari daftar nomor yang sempat dihubungi oleh sang yeoja. Beberapa menit kemudian, ia tersontak. Perasaannya mendadak berubah. Ia tampak geram begitu melihat nama itu tertera jelas pada layar handphone sang yeoja.

VIC!!

Min Young menyipitkan mata.

TBC

IF YOU RESPECT ME 

 DON’T PLAGIAT!!

DON’T COPASTE!!

DON’T FORGET TO LEAVE A COMMENT

just it!

thank you

***